Kami sebelumnya tidak hanya memiliki pengalaman dalam mendaki gunung Semeru, tetapi juga memiliki informasi pengetahuan yang cukup tentang wilayah sekitar gunung ini. Karena kami memang wong ndeso asli arek Lumajang yang sudah terbiasa mbrasak-mbrasak bercengkrama dengan flora, fauna, dan bentang panorama alam. Sebelum perjalanan dimulai persiapan logistik seperti perlengkapan memasak, alat navigasi, makanan, alat keamanan, sampai alat tulis sudah komplit 100 %.Kami menitipkan sepeda motor kepada bapak jono yang sedang beraktivitas dikebunnya mencari rumput untuk pakan ternak. Informasi awal tentang air terjun ini kami dapatkan dari Mas Zainul, Mas Muhammad, Bapak Salim yang berdomisili di Desa Terakhir sekitar Air Terjun yang masuk wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Jembatan ini menjadi penanda awal perjalanan ini. Dibawah jembatan terbentang aliran sungai S, sungai Pring, dan percabangan sungai-sungai lainnya. Lereng Gunung Semeru dikenal dengan iklimnya yang dingin dan basah sepanjang tahun. Hujan yang melimpah di daerah ini menjadi tambahan penting bagi aliran sungai. Curah hujan yang konsisten membantu menjaga debit air sungai agar tetap stabil, Meskipun mungkin terdapat fluktuasi kecil dalam debit airnya, sungai ini tetap mengalir sepanjang tahun berkat kontribusi lahar yang terus-menerus. Kekayaan mata air ini menjadi aset berharga yang memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya dengan menyediakan sumber air yang konstan untuk kehidupan flora dan fauna lokal, juga bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sungai ini menjadi sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, irigasi perkebunan, dan sumber kehidupan keanekaragaman hayati.
Menuju aliran lahar semeru ini jaraknya 35 km dari titik nol kabupaten Lumajang tahap ini masih bisa diakses dengan sepeda motor. Meskipun aksesibilitasnya tidak seumum destinasi lainnya, petualangan menuju keindahan alam ini masih memungkinkan meski dengan tantangan tersendiri. Akses dengan Sepeda Motor saja harus menembus jalan berliku yang dipakai masyarakat untuk ngeramban/mencari rumput. Dengan pemandangan hijau dan udara segar dari hamparan perkebunan di sepanjang perjalanan. Perjalanan dengan sepeda motor menuju aliran lahar Semeru menjadi awal yang menjanjikan pengalaman petualangan tersendiri bagi kami.
Setelah itu kami hanya bisa mengandalkan kaki untuk melanjutkan perjalanan. Total jarak berjalan kaki yang harus kami tempuh adalah 3,2 Km yang terdiri dari jalan menanjak 1,4 Km, dan jalan menurun 783 M serta jalan mendatar 925 M. Titik daratan tertinggi 1093 Mdpl, titik daratan terendah 947 Mdpl. Titik curam menempuh 74 meter, sedangkan titik pendakian menempuh 178 meter.
Kesulitan medan menjadi bagian dari pesona petualangan yang akan membawa kami lebih dekat dengan keindahan yang luar biasa. Aliran lahar Semeru yang megah dengan relief dan tekstur bebatuan yang unik, memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berani menjelajahinya. Bentang tebing dan pola bebatuan yang autentik menawarkan petualangan yang tidak akan terlupakan.
Kami harus melewati tebing yang dipenuhi dengan batang pohon berduri yang menjulang tinggi. Duri-duri tajam ini tidak hanya menghalangi jalan, tetapi juga menuntut kewaspadaan ekstra agar tidak terluka. Kontur tanah juga bercampur tanah dan pasir menjadikannya licin sedikit ambles. Medan alami yang belum terjamah oleh manusia.
Kami memanfaatkan pohon-pohon yang tumbang secara alami dan akar rambatnya untuk melewati jalan di tebing curam. Tidak hanya merupakan solusi praktis untuk melewati medan yang sulit, tetapi juga bentuk menggunakan sumber daya alam dengan bijaksana untuk mengatasi tantangan yang sulit. Ini adalah pengingat yang kuat akan kekuatan koneksi antara manusia dan alam, dan betapa pentingnya untuk merawat dan menghormati lingkungan di sekitar kita. Alam adalah teman, kita rawat untuk warisan anak cucu dimasa depan.
Di sepanjang perjalanan kami selalu disuguhi bebatuan yang sangat besar. Ada yang kasar ada yang licin. Banyak pula bebatuan yang ditengahnya ada pasirnya, berlumut, maupun ditengahnya teraliri air. Semua tampak eksotis memanjakan mata.
Di sepanjang perjalanan kami selalu disuguhi bebatuan yang sangat besar. Ada yang kasar ada yang licin. Banyak pula bebatuan yang ditengahnya ada pasirnya, berlumut, maupun ditengahnya teraliri air. Semua tampak eksotis memanjakan mata.
Aliran lahar ini dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan "Kali Es". Meskipun bukan karena es yang benar-benar mengalir di sungai ini, namun nama tersebut memberikan gambaran tentang kesegaran dan keunikan alam yang dimilikinya. Bagi kami dinginnya malahan seperti air es yang baru mencair dari gunung juga di sungai ini memberikan spot pemandangan aliran air yang meliuk-liuk seperti huruf S yang dapat dinikmati di sepanjang perjalanan.
Melintasi aliran dingin Sungai Kali S adalah sebuah petualangan yang tak hanya menguji ketahanan fisik, tetapi juga menguji mental. Kaki yang dingin mempercepat rasa lapar dan lelah. Kebersamaan dengan alam, guyonan dengan sahabat, dan obrolan hangat menambah kesan bumi ini serasa milik kami bertiga saja manusia yang lain hanya ngontrak DP Nol Rupiah. Sungguh memacu andrenalin.
Saat berjalan kaki di aliran lahar seperti ini tubuh membutuhkan istirahat untuk mengembalikan energi dan memulihkan otot-otot yang bekerja keras. Kami beristirahat agar memberikan kesempatan bagi tubuh untuk menghilangkan kelelahan dan mengurangi risiko cedera akibat kelelahan otot. Minum air dari aliran sungai yang jernih alami dapat menjadi cara yang baik untuk mengatasi rasa haus dan menambah kesegaran tubuh.
Kami juga menemukan miniatur kota alami ini yang terbentuk dari pasir yang ditetesi air hujan dan terendapkan di suatu tempat yang memiliki kontur dan permukaan yang sesuai. Setelah air hujan mengalir dan pasir terendap, cetakan cetakan alamiah terbentuk, menciptakan struktur dan pola yang menyerupai bangunan dan jalan-jalan kota. Proses seperti ini pasti membutuhkan waktu yang cukup lama dan terjadi secara alami. Fenomena betapa indahnya alam dan bagaimana proses alamiah dapat menciptakan karya seni naturalistik.
Yang menjadi highlight dari perjalanan ini selain menikmati keindahan alam saat perjalanan juga adanya 2 Air Terjun yang menjadi tujuan utama kami. Yaitu Air Terjun S dan Air Terjun Punuk Nenek Pasrujambe Lumajang. Air Terjun S memukau dengan keindahan alaminya yang menakjubkan. Air yang jernih mengalir deras dari ketinggian, membentuk tirai air yang menakjubkan di antara bebatuan dan relief batu yang bercorak memukau pandangan mata. Suara gemuruh air yang jatuh menambah kesan dramatis dari pemandangan ini.Di Air Terjun S ini kami menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu. Bebatuan yang tertata alami ini sudah membuat kami terpukau hingga untuk bersuka ria rasanya betah berlama-lama. Ada yang memanjat hingga di tengah badan tebing, gosok-gosok badan dengan batu agar badan tambah glowing dan ada yang menikmati derasnya pancuran. Namun tanpa terduga salah satu dari kami ada yang terkena Pacet.
Sekitar 2,1 Km dari Air Terjun S, petualang kami menemukan keajaiban alam lainnya: Air Terjun Punuk Nenek Pasrujambe Lumajang. Air Terjun Punuk Nenek menawarkan pesona yang berbeda dengan Air Terjun S. Terletak di tengah hutan yang menjulang tebing tinggi, air terjun ini menampilkan keindahan alam yang mempesona. Air yang jatuh dari ketinggian tidak membentuk kolam, enak dipandang menciptakan pemandangan yang menenangkan dan indah.
Kami memasak perbekalan yang sudah dibawa. Bercengkrama dengan dilanjut berfoto ria. Tidak akan pernah terduga disepanjang aliran purba lahar Semeru terdapat panorama seindah ini. Disebut punuk katanya karena memang terlihat ada seperti punuk yang membelah air terjun. Lokasi air terjun ini di Desa Tawon Songo Pasrujambe Lumajang. Perjalanan kami memang melelahkan namun sangat memuaskan setelah sampai dilokasi. Selamat beraktivitas, salam lestari.
Foto-Foto Dokumentasi Lainnya:
Mantap jiwa dan raga 😁👍
BalasHapusLumajang Sae
Hapus